Warisan Budaya yang Terjaga Sejak 1621
titikkabar.xyz - Kasepuhan Cisitu merupakan salah satu komunitas adat yang masih menjaga tradisi leluhur secara turun-temurun. Salah satu tradisi yang hingga kini terus dilaksanakan adalah Seren Taun Kasepuhan Cisitu, sebuah ritual adat yang sudah ada sejak 1621 tahun yang lalu. Tradisi ini diadakan setiap tahun, tepatnya 49 hari setelah panen padi, sebagai bentuk rasa syukur masyarakat kepada Sang Pencipta atas hasil bumi yang melimpah.
titikkabar.xyz |
Seren Taun merupakan perayaan adat yang sarat makna. Ritual ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga bentuk penghormatan kepada leluhur serta simbol keseimbangan antara manusia dan alam. Dalam perayaan ini, masyarakat Kasepuhan Cisitu berkumpul untuk melaksanakan berbagai rangkaian upacara adat, termasuk arak-arakan hasil panen, doa bersama, serta pertunjukan seni tradisional.
Acara ini juga menjadi momen penting untuk mempererat kebersamaan dan gotong royong masyarakat. Tak hanya itu, Seren Taun juga menjadi ajang edukasi bagi generasi muda agar tetap menjaga dan melestarikan tradisi nenek moyang mereka.
Lumbung Padi (Leuit) sebagai Benteng Ketahanan Pangan
Salah satu keunikan Kasepuhan Cisitu adalah keberadaan 6.000 lumbung padi (Leuit) yang tersebar di wilayah ini. Lumbung padi ini bukan sekadar tempat penyimpanan hasil panen, tetapi juga simbol ketahanan pangan masyarakat. Sistem penyimpanan padi secara tradisional ini memungkinkan masyarakat untuk tetap memiliki cadangan pangan dalam jangka panjang, bahkan di saat paceklik atau kondisi darurat lainnya.
Leuit juga mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat adat Kasepuhan Cisitu yang menjunjung tinggi prinsip “menanam bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk generasi mendatang”. Dengan konsep ini, mereka mampu menjaga keseimbangan alam dan menghindari eksploitasi sumber daya secara berlebihan.
Menjaga Kearifan Lokal di Era Modern
Di tengah modernisasi dan arus globalisasi, masyarakat Kasepuhan Cisitu tetap teguh menjaga adat dan tradisi mereka. Seren Taun dan sistem penyimpanan padi di leuit menjadi bukti bagaimana nilai-nilai kearifan lokal tetap relevan dan mampu bertahan hingga saat ini.
Selain itu, upaya pelestarian budaya ini juga menarik perhatian wisatawan dan peneliti yang ingin mempelajari lebih dalam tentang tradisi adat Nusantara. Dengan semakin banyaknya publikasi dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan Seren Taun Kasepuhan Cisitu tetap lestari dan dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang.
Kesimpulan
Seren Taun Kasepuhan Cisitu bukan hanya sekadar ritual adat, tetapi juga perwujudan dari kearifan lokal yang telah diwariskan selama berabad-abad. Dengan adanya 6.000 lumbung padi (Leuit) sebagai simbol ketahanan pangan, masyarakat Kasepuhan Cisitu berhasil menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Keberadaan tradisi ini tidak hanya menjadi aset budaya yang berharga, tetapi juga bukti bahwa harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas dapat menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan. Dengan tetap melestarikan Seren Taun dan nilai-nilai kearifan lokal lainnya, Kasepuhan Cisitu menjadi contoh nyata bagaimana budaya dapat terus hidup dan berkembang di era modern.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Seren Taun dan tradisi Kasepuhan Cisitu, kunjungi akun Instagram resmi mereka di @kasepuhancisitu.
Ikuti salurannya di WhatsApp https://whatsapp.com/channel/0029Vb0pjUnDZ4LUrhQY3k3n
Tidak ada komentar untuk "Warisan Budaya yang Terjaga Sejak 1621"